Fresto Hutatimur adalah seorang anak remaja berusia 17 tahun yang sangat tertarik dengan dunia masa lalu atau yang biasanya disebut sejarah. Ia telah mengoleksi berbagai macam barang yang berkaitan dengan sejarah. Salah satunya adalah mainan dari lilin atau plastik yang berbentuk hewan purba yang sudah ia koleksi semenjak 4 tahun lalu, mungkin koleksinya sekarang sudah ratusan hewan purba dari yang kecil sampai seukuran bola basket. Selain itu, ia juga mempunyai hobi yang unik, yaitu adalah bermain bola tangan. Saat bermain bola tangan, ia tak sendirian, melainkan bermain dengan teman-temannya yang mempunyai hobi sama dengan Fresto, Alex, Andro, Bona, Choirul, Denis, dan, Eksan adalah teman satu sekolahan dengan Fresto yang suka bermain bola tangan. Mereka membentuk suatu komunitas yang bernama THE HANDBALL BOY. Saya akan perkenalkan mereka satu persatu mulai dari Alex, satu sekolahan dengan Fresto, namun ia berumur lebih tua satu tahun dengan Fresto yang berumur 17 tahun. Alex yang telah lama mengidolakan pemain film Ace Ventura sangat suka berpetualang ke suatu tempat yang masih asing untuk dirinya, seperti berpetualang di daerah air terjun, gua, sungai, dan daerah yang tentunya memacu adrenalin Alex. Yang kedua adalah Andro, seorang anak remaja berumur sebaya dengan Fresto, tanggal dan bulan lahirnya hanya terpaut satu minggu lebih tua Fresto. Rumahnya berdekatan dengan area persawahan karena orang tuanya bekerja sebagai petani di daerah tersebut. Dari ke-7 anak tersebut, mungkin Andro adalah anak yang paling pintar dibandingkan ke-7 anak tersebut. Ia telah meraih berbagai macam prestasi, diantaranya : juara II lomba LCC tingkat provinsi, juara I lomba debat bahasa Inggris, juara II karya ilmiah remaja bertemakan seputar letak astronomi negara Indonesia. Dijuluki sebagai THE FASTEST karena kecepatan dalam berlari, Bona adalah anggota dari komunitas ini yang mempunyai kecepatan berlari yang fantastis bagi anak seusia mereka. Bahkan ia mempunyai mimpi menjadi orang tercepat di dunia yang saat ini masih dipegang oleh Usain Bolt dari Jamaika. Choirul merupakan anggota yang sangat kalem kepribadiannya. Tetapi, jika ia sudah bermain bola tangan, di dalam jiwanya seperti jiwa singa, sangat atraktif dan kreatif. Ia juga merupakan anggota pecinta alam yang ada di sekolahannnya. Selanjutnya adalah Denis. Seorang primadona bagi perempuan di sekolahannya, bahkan kakak kelas senang dengannya. Julukan playboy melekat di diri Denis. Yang terakhir adalah Eksan, seorang pemimpin atau kapten dalam tim sepak bola di SSB ADIDAS. Teknik dan kedewasaannya dianggap mumpuni untuk menjadi kapten di teamnya. Sifat humorisnya sangat menyenangkan teman-temannya.
Dua hari setelah tim mereka bertanding dengan tim lain, mereka mengkoreksi kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan saat bertanding, terutama Fresto yang melakukan kesalahan lebih banyak dari teman-temannya. “Fres, kenapa kemarin lusa mainmu nggak kaya biasanya ?”, kata Eksan. “Aku kepikiran mengenai suatu hal San, sulit konsentrasi”, jawab Fresto. Lalu secara tiba-tiba Denis menyela perbincangan mereka berdua dengan bahasa gaulnya. “Come On man, kenapa loe bisa ga konsen bro. Segera selesaikan masalahmu bro, kalo perlu kita akan bantu”. “Terimakasih Den, tunggu tunggu Alex, Choirul, Andro, dan Bona dulu sebelum aku ceritakan kronologi ceritanya”, lanjut Fresto. Duapuluh menit kemudian mereka datang secara bersamaan. Fresto mulai menceritakan mengenai hal yang ingin ia lakukan yaitu mencari gua yang katanya banyak berlian dan banyak fosil-fosil purbakala dari manusia gua dan beberapa jenis hewan gua. Namun kendalanya adalah ijin orang tua mereka dan lokasi gua yang masih belum terjamah manusia. Beberapa darimereka setuju namun ada pula yang kurang setuju dengan alasan keselamatan diri dan peralatan yang kurang. Rencana Frestopun ditunda selama beberapa tahun.
Setelah lulus SMA, Fresto dan teman-teman lainnya mengambil jurusan favorit mereka sendiri-sendiri di beberapa tempat kuliah ternama di negaranya, bahkan Andro mendapatkan beasiswa kuliah gratis sampai lulus di GEOGRAPHIC UNIVERSITY di luar negeri. Langsung saja ia menerima tawaran menggiurkan tersebut yang tentunya menjamin masa depannya kelak. Suatu hari, disaat tempat kuliah mereka sedang berlibur,mereka semua pulang kampung ke rumah orang tua masing-masing. Mereka juga tak lupa melakukan reunian dengan teman-teman SMA mereka, terutama dengan THE HANDBALL BOYS. Satu persatu dari mereka akhirnya setuju dengan ide Fresto yang sangat membahayakan ini. Apalagi salah satu dari ke-7 anak ini ada yang diberi tugas untuk meneliti stalagmit dan stalagtit yang ada di dalam gua. Fresto senang melihat situasi tersebut.
Hari Minggu dua hari setelahnya, mereka berkumpul di markas besar mereka di rumah pohon dekat rumah Andro. Mereka menyusun strategi dan peminjaman peralatan sembari menikmati pemandangan area persawahan dan bukit di belakang sawah yang lekat dengan suasana pedesaan. Tak terasa sudah 3 jam mereka di sana. Mereka beruntung berteman dengan Andro, karena saat di sana ia mendapatkan makanan yang lumayan banyak sehingga mereka puas dengan perencanaan kerjanya dan puas dengan keadaan perutnya yang kenyang
Sehari menjelang perjalanan situs purbakala di gua, mereka habiskan dengan berkumpul-kumpul dengan anggota komunitasnya. Saat mulai berkumpul, terlihat ada seorang perempuan datang bersama Denis. “Eh, Denis bawa cewek!!” teriak Bona kepada teman-temannya. Sontak mereka semua berlari menuju Bona. “Oiya benar, kira-kira itu siapa ya? Atau mungkin pacar barunya yang ke-13?” sahut Eksan dengan bercanda. Teman-temannya tertawa terbahak-bahak karena lelucon Eksan, namun lain dengan Alex. Wajahnya berkeringat seakan-akan sedang ketakutan. “Bro, kenapa bro?” tanya Fresto. “Wah bro, ane kebelet nih bro, pinjem kamar mandi dong bro” sahut Alex. “Silahkan tuan Alex, kamar mandinya ada di belakang” lanjut Andro sedikit cekikikan melihat tingkah Alex. Tak lama berselang, Denis memperkenalkan temanny. “Teman-teman, perkenalkan, ini teman saya namanya Siska, ia teman satu kuliahku, mengambil jurusan sejarah dan ia kepingin ikut kita berpetualang”. “Apa kamu siap menerima resiko dari perjalanan ini?” tanya Fresto dengan wajah serius. “Siap 100%” jawab Siska dengan semangat. “Kalau begitu, selamat datang di komunitas kami”. Mereka semua senang dengan kedatangan Siska. Oh ya, bagaimana nasib Alex selanjutnya ya? . Alex ternyata tertidur saat berada di kamar mandi dan keluar 2 jam setelah Siska datang. “Sorry bro, tadi di WC ketiduran” Alex berkata. “Wah, parah loe bro” jawab Denis. Pukul 17.00 mereka semua berpamitan dengan orang tua Andro dan bersiap-siap untuk perjalanan ke penginapan di sekitar lokasi penelusuran. Masing-masing dari mereka membawa peralatan berupa ransel, sleeping bed, baterai, dan peralatan yang sekiranya diperlukan saat melakukan penelusuran.
Waktu menunjukkan pukul lima pagi dan mereka telah berkumpul seperti biasanya di pelataran penginapan. Sebelum memulai perjalanan, mereka berdoa terlebih dahulu. Selesai berdoa mereka mulai berangkat ke daerah tersebut. Choirul memimpin teman-temannya menelusuri hutan dan segala rintangan alam yang ada di dalam hutan. Rintangan pertama datang ketika Bona melihat sesosok ular yang lumayan besar sebesar kaki orang dewasa. Mereka bekerjasama untuk mengatasi perlawanan ular yang sedari tadi terus memperhatikan mereka. Dengan menggunakan Alex sebagai pengalih perhatian ular, Choirul menangkap kepala ular dan langsung menyergapnya dari belakang. Selanjutnya ular itu dibuang jauh-jauh dari mereka. Selang beberapa saat, rintangan kedua ada di depan mata. Yaitu sungai yang airnya mengalir deras. Sebelum melanjutkan perjalanan menyelusuri sungai yang deras, mereka beristirahat sejenak untuk mengumpulkan energi yang terkuras selama perjalanan. “Wah, capek bro. Istirahat dulu saja bro.” pinta Bona. “Yasudah, maksimalkan istirahat kalian, 15 menit lagi kita berangkat,makin cepat makin baik.” sahut Choirul. Fresto dan Andro melakukan orientasi peta dan orientasi medan untuk mengetahui dimana lokasi mereka berdiri. Sedangkan sisanya ngobrol sambil memakan makanan ringan. Selang 15 menit, mereka melanjutkan perjalanan dengan energi yang sudah terisi kembali. “Saya akan memberikan instruksi, jadi dengarkan dengan baik-baik. Nanti saat menyeberang sungai, saya ada di depan, disusul Andro, Bona, Siska, Alex, Denis, Eksan dan Fresto.Untuk Fresto, saat kami menteberang, kamu pegangan pohon dengan erat supaya kita tidak hanyut, begitupula sebaliknya, saya akan berpegangan pohon saat sampai seberang sungai. Mengerti semuanya?” instruksi Choirul kepada teman-teman. “Mengerti” lanjut teman-teman. Mereka mulai menjalankan instruksi dari sang ketua mereka Choirun Alam Hernansyah. Dengan susah payah mereka melewati sungar air deras itu dengan penuh perjuangan dan basah-basahan. “Huh, ternyata perjalanannya ga semudah yang gue bayangin” kata Denis. “Ah, jangan manja dong bro, yang cewek aja ga pernah mengeluh kok yang cowok malah mengeluh. Ayo semangat ya” sahut Andro menyemangati teman-teman yang lain. “Kalian koknggak senyum?” tanya Siska. “Kenapa kok kami disuruh tersenyum? Emang ada apa?” sahut Bona. “Tuh, lihat saja di samping kanan kalian” sambung Siska sambil menunjuk sebelah kanan mereka. Mereka menengok ke kanan dan tiba-tiba “Horeeeee”, mereka berteriak kegirangan setelah mereka mendapat kejutan berupa gua yang asing bagi mereka. Gua itu berada sedikit lebih tinggi dari pijakan mereka sekarang. Mereka mulai masuk ke dalam gua dengan strategi yang telah disusun sebelumnya. Di dalam gua mereka menemukan keindahan alam yang menakjubkan, berupa stalagmit dan stalagtit yang sangat indah. Menelusuri sisi gua lebih dalam, mereka mulai menemukan beberapa tulang belulang hewan yang bukan purba tergeletak di lantai gua. Setelah masuk gua, rintangan belum berakhir dengan adanya ratusan kelelawar buah yang ada di gua dan cukup mengganggu perjalanan mereka. Mata mereka tak berkedip seakan mereka melihat hantu, tapi bukan hantu yang ia lihat melainkan sebongkah berlian murni yang berada di dinding gua. Mata mereka tak berkedip dan tak berselang lama mata Andro, Fresto, Siska dan Denis berkaca-kaca seakan-akan mereka tak percaya dapat melakukan hal sejauh ini. “Aku boleh ambil berlian ini?” tanya Bona. “Eh,eh,eh...jangan di ambil, itu sepenuhnya milik alam, bukan milik kita, kita tidak diperkenankan mengambil milik alam yang tidak ada gunanya untuk hidup kita” sahut Andro yang mempunyai IQ tinggi.
Mereka terus melanjutkan perjalanan, 2km dari temuan berlian, mereka menemukan sebuah makam dari batu dan di dalamnya terdapat fosil manusia purba yang telah membatu bersama dengan 21 kuburan yang lain. Namun hanya 3 kerangka manusia yang dapat dibawa pulang dan didimpan di museum nasional. Mereka senang dengan hasil mereka yang memuaskan. Fresto menangis bahagia karena sebelumnya ia belum pernah merasakan sensasi perjalanan yang sangat ekstrem seperti ini. Mereka mengambil semua fosil tersebut untuk diserahkan kepada museum. Tim ekspedisi ini memang mempunyai tujuan untuk menemukan situs purbakala dan membawa fosil ke museum nasional untuk edukasi dan rekreasi. Tak berselang lama, gangguan datang dari para pencuri yang ingin mencuri hasil gua. Tim yang dipimpin Choirul telah siap menghadapi para perampok yang berjumlah 5 orang ini. Bermodalkan teknik bola tangan yang mereka pelajari, dan terdapat satu wanita yang merupakan didikan akademi seni bela diri capoera Indonesia yang telah 3 tahun berlatih. Mereka menghadapi para perompak yang mempunyai badan gemuk dan badan yang mempunyai kulit berwarna cokelat gelap. Fresto dan Alex bekerjasama melawan seorang perompak, Choirul sendirian melawan perompak, Andro melawan seorang perompak, Denis dan Eksan melawan seorang perompak, Bona dan Siska bekerjasama menduetkan bela diri kungfu dengan capoera menghadapi seorang perompak. Pertarungan berjalan seru dengan berhasilnya THE HANDBALL BOYS meringkus perampok berlian ini. Meski tangan Andro sedikit robek karena senjata tajam yang dibawa perompak dan pipi Alex yang sedikit memar, namun kepuasan hinggap di wajah mereka. Tak lupa pula mereka memotret keadaan gua tersebut, dan memotret teman-teman lainnya. Untuk kenang-kenangan mereka memotret segerombolan perompak tersebut. Mereka melanjutkan perjalanan ke luar gua dan beristirahat satu malam untuk memulihkan keadaan. Sembari memakan makanannya yang mereka bagi kepada perampok tersebut, mereka membuat api unggun untuk menghangatkan badan dan mengusir hewan-hewan yang tidak diundang.
Keesokan harinya, langit masih gelap dan dengan wajah yang bersemangat mereka perlahan-lahan berjalan pulang ke penginapan. Saat perjalanan pulang mereka tak menemukan rintangan yang berat sehingga beberapa anggota berjalan dengan santai dan nyaman. Sesampainya di area penginapan, Fresto segera menelepon pihak kepolisian untuk segera menangkap para perompak yang bernasib buruk itu. “Kasihan para perampok itu, untung saja kita dapat menghadapinya” kata Fresto. “Iya benar Fres, kasihan mereka... namun apa boleh buat, hukum tetap hukum dan harus ditegakkan”. Sahut Siska. “Iya benar” lanjut Fresto. “Eh, ngomong-ngomong kan kita harus menyerahkan fosil-fosil ini ke museum?” kata Alex. “Benar, langsung saja kita pergi ke museum” Fresto menjawab dengan berjalan. Mereka berjalan dengan gagahnya, tiba-tiba Eksan berhenti dan berpikir ”Eh, ngomong-ngomong kita ke museum naik apa?”. Sontak mereka berhenti berjalan dan menengok ke arah Eksan. Choirul menjawab pertanyaan Eksan ”kita naik angkot saja ya”. Mereka semua setuju dan mulai berangkat. Sesampainya di museum mereka berhenti sebentar dan membayar uang angkot “Berapa bang?” tanya Bona. “Enambelas ribu dek” jawab bapak sopir angkot. “Terimakasih bang, semoga sukses” sahut Bona. Mereka masuk ke dalam museum dan menyerahkan fosil-fosil yang mereka temukan. Pihak museum kaget dengan temuan yang diperoleh oleh 8 mahasiswa semester awal yang bernyali besar untuk mendapatkan fosil-fosil tersebut. Secara sepakat pihak museum dan pemerintah memberi imbalan kepada delapan mahasiswa itu dengan menanggung seluruh uang pembayaran kuliah mereka, dan khusus untuk Andro akan diberikan uang tunai yang cukup besar. Tidak cuma itu, pihak museum akan menyimpan temuan mereka di dalam sebuah ruangan khusus yang akan diberi nama sesuai dengan nama komunitas mereka yaitu THE HANDBALL BOYS dan kali ini kata “BOYS” akan diganti dengan kata “EIGHT” menjadi THE HANDBALL EIGHT sesuai jumlah mereka.
Sepulang dari museum, mereka kembali ke rumah Andro dan beristirahat sejenak sambil menikmati jamuan dari ibu Andro. Mereka saling bertukar pendapat mengenai perjalanan yang mereka lakukan. Setelah beberapa jam berkumpul mereka pulang dengan gembira. Mereka menceritakan perjalanan yang mereka rasakan kepada orang tua mereka dengan bangga. Seminggu kemudian pemerintah dan presiden memberi piagam penghargaan atas apresiasi mereka dalam perkembangan ilmu teknologi sejarah. Mereka didaulat menjadi pencari fosil termuda di Indonesia dengan umur tak lebih dari 19-20 tahun. Tak lupa ia membagikan foto-foto mereka di jejaring sosial masing-masing. Mereka juga membeli buku album untuk kenang-kenangan mereka berdelapan. Sejak itulah mereka menjadi orang-orang yang sukses dalam karir dan kehidupan sosialnya.